NESIANEWS.COM – Politisi muda Partai Gerindra Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Rannya Agustyra Kristiono memberi perhatian pada kondisi lingkungan di NTB, khususnya Pulau Lombok. Belum lama ini, Rannya menggelar dialog bersama Komunitas Masyatakat Peduli Sungai (KMPS) Urip.
Rannya mengaku, isu ekologi (lingkungan) menjadi salah satu agenda besar yang menjadi perhatiab. Menurutnya, perkembangan zaman yang cukup pesat membuat aspek lingkungan seringkali menjadi korban atas kemajuan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu saya sempat saya berkesempatan untuk bersilaturrahmi bersama teman-teman KMPS Urip yang merupakan komunitas anak muda yang sangat peduli tentang lingkungan khususnya kebersihan dan pelestarian sungai,” katanya saat diwawancarai pada Senin (27/11/2023) siang.
“Kami berdiskusi banyak hal mengenai lingkungan dan berbagai aktivitas yang dijalankan oleh komunitas,” sambungnya.
Putri Almarhum H. Bambang Kristiono alias HBK itu berpandangan, berbicara dan berdiskusi tentang lingkungan sangat penting, untuk bersama-sama untuk mencari solusi terhadap berbagai masalah lingkungan yang terjadi hari ini.
Apalagi saat ini, baru saja memasuki musim penghujan, tentunya berbagai masalah seperti banjir, tanah longsor bisa saja terjadi.
Di tengah berbagai macam ancaman tersebut, diperlukan semangat kolaborasi dan kerjasama antar seluruh pihak. Baik pemerintah, pihak swasta yakni para komunitas peduli lingkungan yang mayoritas diisi anak-anak muda.
Saat berdialog dengan anggota KMPS Urip, Rannya mengaku belajar banyak hal. Terutama perihal bagaimana terus memupuk kepekaan terhadap kondisi lingkungan yang kian hari makin tidak baik-baik saja.
Komunitas semacam KMPS Urip ini, kata Rannya perlu diperbanyak dan diberikan ruang yang lebih luas untuk bergerak.
Ia pun mengacungi jempol gerakan swadaya yang lahir atas keresahan terhadap ancaman lingkungan.
“Saya sangat senang dan bangga bisa berbagi di tempat yang cukup sederhana namun tetap terkesan “estetik” ini. Sebagai anak muda, kegiatan KMPS Urip ini merupakan sebuah kegiatan positif yang harus kita support dan terus kita kembangkan demi menjaga pelestarian lingkungan yang memang menjadi tugas kita bersama,” jelasnya.
Sebagai informasi, Ekspedisi Sungai Nusantara yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation mengungkap 7 aliran sungai di Pulau Lombok tercemar mikroplastik.
Mereka telah melakukan uji sampel air pada 7 titik sungai di Pulau Lombok. Yakni Kali Ning-Sungai Jangkok; Sungai Jangkok yang membelah Jalan Udayana, Kota Mataram; Sungai Jangkok di Ampenan, Kota Mataram; dua titik di Sungai Meninting, Lombok Barat; Sungai Belimbing, Lombok Timur; dan Sungai Tebelo, di Kuta, Lombok Tengah.
Investigasi tim terhadap timbulan sampah plastik di saluran maupun sungai menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Prigi bahkan menyebut sungai di NTB telah beralih fungsi menjadi tempat sampah.
Mikroplastik merupakan serpihan plastik dengan ukuran di bawah 5 milimeter (mm). Berasal dari pecahan plastik berukuran besar, seperti tas kresek, sampah pakaian, botol plastik, hingga styrofoam yang terfragmen akibat arus air maupun sinar matahari.
Tim ESN melakukan uji terhadap kandungan mikroplastik. Antara lain, fiber, filamen, fragmen, dan granule.
Dari keempatnya, kandungan fiber dalam air pada tujuh titik sungai menjadi yang tertinggi, mencapai 57,2 persen.
Fiber berasal dari degradasi sampah sintetik dari kegiatan rumah tangga, laundry, serta limbah industri tekstil.
Selanjutnya ada filamen 23,8 persen yang berasal dari sampah sekali pakai, seperti kresek, botol plastik, hingga jaring nelayan. Fragmen 14,7 persen berasal dari produk kemasan sekali pakai, seperti botol shampo dan sabun.
Kemudian Granule 4,3 persen merupakan mikroplastik dari bahan sintetis yang ada dalam personal care, seperti pemutih kulit, pasta gigi, dan kosmetik.
Dari tujuh titik sampel, kandungan mikroplastik tertinggi terdapat di Kali Ning. Jumlahnya 411 partikel dalam 100 liter air. Sungai Jangkok di Ampenan 276 partikel dan Sungai Meninting 272 partikel.